Salam buat pembaca yang lagi menantikan lanjutan Cerita Urang Awak yaitu Cerita Rambun Pamenan Bagian II yang merupakan lanjutan dari Cerita Rambun Pamenan Bagian I yang telah kita ceritakan sampai sa'at Panglimo Taduang dan rekan-rekannya Pendekar Bajau, Panglimo Basi dan Pendekar Kalek mengikat Puti Silinduang Bulan dan menaikkan ke kudanya untuk di bawa ke kerajaan Camin Taruih.
Sedang eratnya sang bayi Rambun Pamenan menyusu pada bundanya mereka lerai dengan paksa. Untung ada sang kakak dari bayi Rambun Pamenan yang menyambutnya yang bernama Puti Sirenopinng. Didalam gendongan Puti Sirenopinang, Rambun Pamenan kecil terus menangis melepas sang bunda pergi dengan tangan terikat. Sungguh memilukan tangis seorang bayi yang dilerai paksa dengan bundanya masa itu.
Begitu pula dengan ratap Puti Sirenopinang melepas kepergian sang bunda. Sambil meratap Puti Sirenopinang berkata, "Wahai dindaku sayang, Beginilah takdir yang harus kita terima sayang.. Belum lagi terhapus duka ditinggal Ayah dik,.. Sekarang datang lagi cobaan menimpa... Oh dinda,.. andainya nanti dindaku besar, Pergilah cari dan jemput bunda ke Ranah Camin Taruih dik" seraya terus bertangisan dengan sang adik yang masih bayi. Betapa larut nya hati Puti Sirenopinang masa itu mengenang nasib adiknya yang masih erat menyusu sudah harus terpisah dari sang Bunda yang menyayangi mereka berdua.
Hari pun berlalu menjelang malam namun tangis Rambun Pamenan kecil kadang pecah lagi disa'at malam tiba karena tidak lagi merasakan hangatnya belaian dan pangkuan sang bunda. Begitu lah sampai malam berganti pagi dan pagi pun berganti siang hingga sampai seminggu dua minggu hingga berganti bulan.
Kita tinggalkan cerita kedua anak Puti Silinduang Bulan dan sekarang kita beralih ke kabarnya Puti Silinduang Bulan dan para hulu balang Rajo Angek Garang yang menempuh perjalan hingga siang malam dan sampai seminggu tiba lah mereka di Ranah Camin Taruih. Sesampai di istana Panglimo Taduang pun masuk menghadap baginda Rajo Angek Garang dan terlebih dulu berlutut dan mengangkat sembah sambil berkata, "Ampun beribu kali ampun Angku rajo.. Puti Silinduang Bulan sudah kami bawa sekarang akn siap kami hadapkan pada Angku rajo.." Lalu Rajo Angek Garang menjawab dengan nada suara yang menggelegar "Bagus.. Sekarang bawa kemari"
Lalu pengawal istana pun membawa Puti Silinduang Bulan menghadap Rajo Angek Garang dengan tangan yang masih terikat. Sesampai di hadapan Rajo Angek Garang, Puti Silinduang Bulan pun dilepaskan ikatan tangan nya oleh pengawal istana. "Sudah lama engkau ku tunggu wahai Puti yang cantik,.. Besok kita akan merayakan pesta pernikahan kita selama tujuh hari tujuh malam, dan engkau akan jadi ratu istana Camin Taruih" kata Rajo Angek Garang dengan sombongnya duduk di singgasana.
Ampun kan hamba Angku Rajo,.. Dengan berat hati hamba tidak bisa menerima apa yang Angku Rajo katakan barusan. Masih belum hilang duka yang hamba tanggungkan ditinggal oleh suami hamba Rajo Tuo, kini hamba dijemput paksa dan harus terpisah jauh dari anakku yang masih bayi. Hendaklah Angku Rajo maklum tentang itu'" jawab Puti Silinduang Bulan sambil berlinang air mata.
"Sudahlah sayang, jangan dipikirkan lagi suamimua yang sudah meninggal dan nanti anakmua saya suruh jemput samam pengawalku, asal kamu mau menerima lamaranku untuk aku jadikan permaisuri dan ratu di kerajaan Camin Taruih ini," Rajo Angek Garang terus dengan cara yang muluk membujuk Puti Silinduang Bulan.
Namun Puti Silinduang Bulan terus menolak apa yang ditawarkan oleh Rajo Angek Garang. Hingga akhirnya Rajo Angek Garang hilang kesabarannya karena berbagai cara untuk membujuk Puti Silinduang Bulan Tak ada yang Mampan.
Malah kemudian Rajo Angek Garang pun murka karena merasa dihina dan dikatakan oleh Puti Silinduang Bulan seorang pemimpin yang diktator. Lalu Rajo Angek Garang memerintahkan pengawal istana untuk memasung Puti Silinduang Bulan dan kemudian memasukannya kedalam sel.
Sekarang kita jemput kabar yang tertinggal di Ranah Kampuang Dalam yang mana sudah genap tujuh tahun kemudian hingga Rambun Pamenan pun tumbuh menjadi seorang bocah yang gagah dan pemberani dan kakak nya Puti Sirenopinang pun sudah besar dan menjadi seorang gadis yang tak kalah cantik dengan bunda nya Puti Silinduang Bulan.
Pada suatu hari berkata lah Rambun Pamenan kepada kakaknya Puti Silinduang Bulan, "Oh kakak yang dinda cintai, bolehkah dinda meminta tolong kepada kakak?" Lalu Puti Sireno Pinang pun menjawab, "Ketahuilah wahai dinda kakak yang kakak sayangi, apapun permintaan dinda akan kakak penuhi semampu kakak, Oh iya apa itu yang perku kakak bantu?"
Lalu Rambun Pamenan pun mengatakan apa yang dia maksud kepada kakak nya, "Begini kak, dinda bermaksud hendak pergi memikat burung balam ke Rimbo Rayo. Sekarang tolong kakak pinjamkan dinda seekor burung balam untuk pemikat nya kepada Mamak Lembak Tua.
Puti Sirenopinang pun menjawab, "Bukan nya kakak melrang dinda untuk pergi memikat, Hanya kakak merasa cemas dan khawatir akan keselamatan dinda nanti di Rimbo Rayo sayang, kabarnya di Rimbo Rayo itu banyak binatang buas nya". Puti Sirenopinang merasa khawatir dan merasa berat untuk menijinkan nya.
Rambun Pamenan pun menimpalinya, "Usah lah kakak merasa cemas akan keselamatan dinda ini, dinda akan baik baik saja kak, mohon pada kakak, ijinkan lah dinda kak,.." pinta Rambun Pamenan penuh harap. Akhirnya Puti Sirenopinang pun mengijinkan adiknya pergi memikat dengan terlebih dulu pergi meminjam kan balam pemikat ke rumah Mamak Lembak Tua.
Pagi-pagi hari Minggu Rambun Pamenan pun berangkat ke Rimbo Rayo untuk,...
( Bersambung...)
Sedang eratnya sang bayi Rambun Pamenan menyusu pada bundanya mereka lerai dengan paksa. Untung ada sang kakak dari bayi Rambun Pamenan yang menyambutnya yang bernama Puti Sirenopinng. Didalam gendongan Puti Sirenopinang, Rambun Pamenan kecil terus menangis melepas sang bunda pergi dengan tangan terikat. Sungguh memilukan tangis seorang bayi yang dilerai paksa dengan bundanya masa itu.
Begitu pula dengan ratap Puti Sirenopinang melepas kepergian sang bunda. Sambil meratap Puti Sirenopinang berkata, "Wahai dindaku sayang, Beginilah takdir yang harus kita terima sayang.. Belum lagi terhapus duka ditinggal Ayah dik,.. Sekarang datang lagi cobaan menimpa... Oh dinda,.. andainya nanti dindaku besar, Pergilah cari dan jemput bunda ke Ranah Camin Taruih dik" seraya terus bertangisan dengan sang adik yang masih bayi. Betapa larut nya hati Puti Sirenopinang masa itu mengenang nasib adiknya yang masih erat menyusu sudah harus terpisah dari sang Bunda yang menyayangi mereka berdua.
Hari pun berlalu menjelang malam namun tangis Rambun Pamenan kecil kadang pecah lagi disa'at malam tiba karena tidak lagi merasakan hangatnya belaian dan pangkuan sang bunda. Begitu lah sampai malam berganti pagi dan pagi pun berganti siang hingga sampai seminggu dua minggu hingga berganti bulan.
Kita tinggalkan cerita kedua anak Puti Silinduang Bulan dan sekarang kita beralih ke kabarnya Puti Silinduang Bulan dan para hulu balang Rajo Angek Garang yang menempuh perjalan hingga siang malam dan sampai seminggu tiba lah mereka di Ranah Camin Taruih. Sesampai di istana Panglimo Taduang pun masuk menghadap baginda Rajo Angek Garang dan terlebih dulu berlutut dan mengangkat sembah sambil berkata, "Ampun beribu kali ampun Angku rajo.. Puti Silinduang Bulan sudah kami bawa sekarang akn siap kami hadapkan pada Angku rajo.." Lalu Rajo Angek Garang menjawab dengan nada suara yang menggelegar "Bagus.. Sekarang bawa kemari"
Lalu pengawal istana pun membawa Puti Silinduang Bulan menghadap Rajo Angek Garang dengan tangan yang masih terikat. Sesampai di hadapan Rajo Angek Garang, Puti Silinduang Bulan pun dilepaskan ikatan tangan nya oleh pengawal istana. "Sudah lama engkau ku tunggu wahai Puti yang cantik,.. Besok kita akan merayakan pesta pernikahan kita selama tujuh hari tujuh malam, dan engkau akan jadi ratu istana Camin Taruih" kata Rajo Angek Garang dengan sombongnya duduk di singgasana.
Ampun kan hamba Angku Rajo,.. Dengan berat hati hamba tidak bisa menerima apa yang Angku Rajo katakan barusan. Masih belum hilang duka yang hamba tanggungkan ditinggal oleh suami hamba Rajo Tuo, kini hamba dijemput paksa dan harus terpisah jauh dari anakku yang masih bayi. Hendaklah Angku Rajo maklum tentang itu'" jawab Puti Silinduang Bulan sambil berlinang air mata.
"Sudahlah sayang, jangan dipikirkan lagi suamimua yang sudah meninggal dan nanti anakmua saya suruh jemput samam pengawalku, asal kamu mau menerima lamaranku untuk aku jadikan permaisuri dan ratu di kerajaan Camin Taruih ini," Rajo Angek Garang terus dengan cara yang muluk membujuk Puti Silinduang Bulan.
Namun Puti Silinduang Bulan terus menolak apa yang ditawarkan oleh Rajo Angek Garang. Hingga akhirnya Rajo Angek Garang hilang kesabarannya karena berbagai cara untuk membujuk Puti Silinduang Bulan Tak ada yang Mampan.
Malah kemudian Rajo Angek Garang pun murka karena merasa dihina dan dikatakan oleh Puti Silinduang Bulan seorang pemimpin yang diktator. Lalu Rajo Angek Garang memerintahkan pengawal istana untuk memasung Puti Silinduang Bulan dan kemudian memasukannya kedalam sel.
Sekarang kita jemput kabar yang tertinggal di Ranah Kampuang Dalam yang mana sudah genap tujuh tahun kemudian hingga Rambun Pamenan pun tumbuh menjadi seorang bocah yang gagah dan pemberani dan kakak nya Puti Sirenopinang pun sudah besar dan menjadi seorang gadis yang tak kalah cantik dengan bunda nya Puti Silinduang Bulan.
Pada suatu hari berkata lah Rambun Pamenan kepada kakaknya Puti Silinduang Bulan, "Oh kakak yang dinda cintai, bolehkah dinda meminta tolong kepada kakak?" Lalu Puti Sireno Pinang pun menjawab, "Ketahuilah wahai dinda kakak yang kakak sayangi, apapun permintaan dinda akan kakak penuhi semampu kakak, Oh iya apa itu yang perku kakak bantu?"
Lalu Rambun Pamenan pun mengatakan apa yang dia maksud kepada kakak nya, "Begini kak, dinda bermaksud hendak pergi memikat burung balam ke Rimbo Rayo. Sekarang tolong kakak pinjamkan dinda seekor burung balam untuk pemikat nya kepada Mamak Lembak Tua.
Puti Sirenopinang pun menjawab, "Bukan nya kakak melrang dinda untuk pergi memikat, Hanya kakak merasa cemas dan khawatir akan keselamatan dinda nanti di Rimbo Rayo sayang, kabarnya di Rimbo Rayo itu banyak binatang buas nya". Puti Sirenopinang merasa khawatir dan merasa berat untuk menijinkan nya.
Rambun Pamenan pun menimpalinya, "Usah lah kakak merasa cemas akan keselamatan dinda ini, dinda akan baik baik saja kak, mohon pada kakak, ijinkan lah dinda kak,.." pinta Rambun Pamenan penuh harap. Akhirnya Puti Sirenopinang pun mengijinkan adiknya pergi memikat dengan terlebih dulu pergi meminjam kan balam pemikat ke rumah Mamak Lembak Tua.
Pagi-pagi hari Minggu Rambun Pamenan pun berangkat ke Rimbo Rayo untuk,...
( Bersambung...)
SILAHKAN BERBAGI:
Tag :
Cerita Serial
0 Komentar untuk "Cerita Rambun Pamenan Bagian II"
Pesan Admin tentang tanggung jawab konten:
=================================
Biasakan membaca Persyaratan layanan, Kebijakan Privacy dan Disclaimer yang kami sediakan link nya di atas JUDUL blog ini bagi pengguna desktop sebelum menggunakan Konten yang ada didalam blog ini baik itu kode script/widget atau pun tips2 dan tutorial lainnya.
Tentang Komentar:
Demi perkembangan, Silah kan ditinggalkan komentar, baik itu bentuk kritik atau saran yang berhubungan dengan isi postingan.
Setiap komentar yang sesuai* akan di terbit kan segera.
Tidak dibenarkan meninggalkan link hidup didalam kolam komentar dalam bentuk apapun, karena yang demikian akan di anggap sebagai SPAM.
*) Selalu memakai bahasa yang sopan dan tidak melanggar etika.
Berkomentarlah yang berkaitan dengan tema postingan.
Tidak dibenarkan beriklan.